Kraton Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton
Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yang beralamat di Jl. Rotowijayan 1, Yogyakarta, Indonesia
Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga
menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan
tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung
bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan. Kraton Yogyakarta
dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah
penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat
berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga
dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia
ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan
Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.
Sejarahnya, Pemanahan, berbeda dengan ayahandanya. Sutawijaya menolak
tunduk pada Sultan Pajang dan ingin memiliki daerah kekuasaan sendiri bahkan
menguasai Jawa.
Setelah memenangkan pertempuran dengan Kerajaan Pajang, pada tahun 1588,
Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan yang bergelar
Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram mengalami perkembangan pesat pada masa
kekuasaan Sultan generasi keempat, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Setelah Sultan
Agung wafat dan digantikan putranya, Amangkurat I, Kerajaan Mataram mengalami
konflik internal/konflik keluarga yang dimanfaatkan oleh VOC hingga berakhir
dengan Perjanjian Giyanti pada bulan Februari 1755 yang membagi Kerajaan
Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta.
Dalam perjanjian tersebut, dinyatakan Pangeran Mangkubumi menjadi sultan
Kasultanan Jogjakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwana I. Sejak tahun
1988 hingga sekarang, Kasultanan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku
Buwana X. Keraton Jogjakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I
beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti. Lokasi keraton konon adalah bekas
sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk
istirahat iring- iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan dimakamkan di
Imogiri.
Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton
Jogjakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang
yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Lokasi
Keraton Jogjakarta berada di antara Sungai Code di sebelah timur dan Sungai
Winongo di sebelah barat serta Panggung Krapyak di sebelah selatan dan Tugu
Jogja di sebelah utara. Lokasi ini juga berada dalam satu garis imajiner Laut
Selatan dan Gunung Merapi.
Berikut beberapa SSnya :